Sabtu, 28 Juni 2014

Teori Humanisme

Penulis : Fathia Nur Fauzia
Semester 2 
Program Studi Pendidikan Fisika
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
  
A.    Latar belakang
Belajar bukan hanya menghafal dan bukan pula mengingat, tetapi belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri siswa. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukan dalam berbagai bentuk, seperti perubahan pengetahuanya, sikap dan tingkah laku ketrampilan, kecakapanya, kemampuannya, daya reaksinya dan daya penerimaanya. Jadi, belajar adalah suatu proses yang aktif, proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada pada siswa. Belajar merupakan suatu proses yang diarahkan pada suatu tujuan, proses berbuat melalui situasi yang ada pada siswa.
Psikolog humanistik mencoba untuk melihat kehidupan manusia sebagaimana manusia melihat kehidupan mereka. Mereka cenderung untuk berpegang pada prespektif optimistik tentang sifat alamiah manusia. Mereka berfokus pada kemampuan manusia untuk berfikir secara sadar dan rasional.

B.     Tujuan penulisan
1.      Dapat menguraikan pengertian dari Teori Humanisme (C2)
2.      Dapat mendiskusikan tentang Teori Humanistik (A2)
3.      Dapat menyusun RPP sebagai pengaplikasian dari Teori Humanisme (P7)


C.     Teori
A.    Teori Belajar Humanisme
1.       Pengertian Teori Belajar Humanisme
Dalam teori belajar humanisme proses belajar harus berhulu dan bermuara  pada manusia itu sendiri. Meskipun teori ini sangat menekankan pentingya isi dari proses belajar, dalam kenyataan teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan  kata lain, teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada belajar seperti apa adanya, seperti apa yang bisa kita amati dalam dunia keseharian. Teori apapun dapat dimanfaatkan asal tujuan untuk “memanusiakan manusia” (mencapai aktualisasi diri dan sebagainya) dapat tercapai.[1]
Pada akhir tahun 1940-an muncul suatu perspektif psikologi baru. Orang-orang yang terlihat dalam penerapan psikologilah yang berjasa dalam perkembangan ini, misalnya ahli-ahli psikologi klinik, pekerja-pekerja sosial dan konseler, bukan merupakan hasil penelitian dalam bidang proses belajar. Gerakan ini berkembang dan kemudian dikenal sebagai psikologi humanistik, eksestensial, perseptual, atau fenomenalogikal. Psikologi ini berusaha untuk memahami perilaku seseorang dari sudut si pelaku (behaver), bukan dari pengamat (observer).
Dalam dunia pendidikan, aliran humanistik muncul pada tahun 1960-1970-an dan mungkin perubahan-perubahan dan inovasi yang terjadi juga akan menuju pada arah ini. [2]

2.      Tokoh – Tokoh

1. Arthur Combs



                                       sumber gambar : www.google.com
Untuk mengerti tingkah laku manusia, yang penting adalah mengerti bagaimana dunia ini dilihat dari sudut pandangnya. Pernyataan ini adalah salah satu dari pandangan humanistik mengenai perasaan, persepsi, kepercayaan, dan tujuan tingkah laku inner (dari dalam) yang membuat orang berbeda dengan orang lain. untuk mengerti orang lain, yang terpentng adalah melihat dunia sebagai yang dia lihat, dan untuk menentukan bagaimana orang berpikir, merasa tentang dia atau dunianya. (Djiwandono, 2002: 182)
2. Abraham H. Maslow


Sumber gambar : www.wikipedia.org
Teori Maslow didasarkan atas asumsi bahwa di dalam diri individu ada dua hal:
1.      Suatu usaha yang positif untuk berkembang.
2.      Kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu.
Maslow berpendapat bahwa ada hierarki kebutuhan manusia. Kebutuhan dari tingkat yang lebih rendah yaitu tingkat untuk bisa survive atau mempertahankan hidup dan rasa aman, dan ini adalah kebutuhan yang paling penting. Tetapi jika secara fisik manusia secara fisik terpenuhi kebutuhannya dan merasa aman, mereka akan distimuli untuk memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi, yaitu kebutuhan untuk memiliki dan dicintai dan kebutuhan akan harga diri dalam kelompok mereka sendiri. Jika kebutuhan ini telah terpenuhi orang akan kembali mencari kebutuhan yang lebih tinggi lagi, prestasi intelektual, penghargaan estetis, dan akhirnya self-actualization.

3.      Carl. Rogers



                                                      Sumber gambar : www.google.com
Rogers menganjurkan pendekatan pendidikan sebaiknya mencoba membuat belajar dan mengajar lebih manusiawi, lebih personal dan berarti.
Lebih khusus dalam bidang pendidikan, Rogers mengutarakan pendapat tentang prinsip-prinsip belajar yang humanistik yang diidentifikasikan sebagai sentral dari filsafat pendidikannya, yakni:
·         Manusia itu mempunyai kemampuan belajar secara alami.
·         Belajar yang signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid mempunyai relevansi dengan maksud-maksud sendiri.
·         Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya sendiri diangap mengancam dan cenderung untuk ditolaknya.
·         Tugas-tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasakan dan diasimilasikan apabila ancaman-ancaman dari luar itu semakin kecil.
·         Apabila ancaman terhadap diri siswa rendah, pengalaman dapat diperoleh dengan berbagai cara yang berbeda-beda dan terjadilah proses belajar.
·         Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya.
Belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan ikut bertanggungjawab terhadap proses belajar itu.
·         Belajar inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi siswa seutuhnya, baik perasaan maupun intelek, merupakan cara yang dapat memberikan hasil yang mendalam dan lestari.
·         Kepercayaan terhadap diri sendiri, kemerdekaan, kreativitas, lebih mudah dicapai terutama jika siswa dibiasakan untuk mawas diri dan mengritik dirinya sendiri dan penilaian dari orang lain merupakan cara kedua yang penting.
·         Belajar yang paling berguna secara sosial di dalam dunia modern ini adalah belajar mengenai proses belajar, suatu keterbukaan yang terus menerus terhadap pengalaman dan penyatuannya ke dalam diri sendiri mengenai proses perubahan itu.

D.    Analisis Teori
Dalam pandangan humanistik, siswa bertanggung jawab terhadap hidup dan perbuatannya serta mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk mengubah sikap dan perilaku mereka. Menurut teori humanisme, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.
Motivasi dan pengalaman emosional sangat penting dalam proses belajar, karena tanpa motivasi dan keinginan dari siswa, tidak akan terjadi asimilasi pengetahuan baru ke dalam struktur kognitif yang sudah ada. Teori ini berpendapat bahwa belajar apapun bisa dimanfaatkan jika tujuannya untuk mencapai aktualisasi diri, pemahaman dan realisasi diri orang yang belajar dengan cara optimal. Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada spirit selama proses pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran. [3] (perkembangan konsep diri dan emosi)

Teori Humanistik melihat kreativitas sebagai hasil dari kesehatan psikologis tingkat tinggi. Menurut Carl Rogers (1902-1987) tiga kondisi internal dari pribadi yang kreatif, yaitu:
-                      Keterbukaan terhadap pengalaman.
-                      Kemampuan untuk menilai situasi patokan pribadi seseorang (internal locus of evaluation).
-                      Kemampuan untuk bereksperimen, untuk “bermain” dengan konsep-konsep.

Apabila seseorang memiliki ketiga kondisi ini maka kesehatan psikologis sangat baik. siswa tersebut akan sepenuhnya menghasilkan karya-karya kreatif, dan hidup secara kreatif. (Perkembangan Kreativitas)
Untuk usia remaja, moral merupakan suatu kebutuhan tersendiri oleh karena mereka sedang dalam keadaan membutuhkan suatu pedoman atau petunjuk dalam rangka mencari jalannya sendiri. Pedoman ini untuk menumbuhkan identitas diri,kepribadian yang matang dan menghindarkan diri dari konflik-konflik yang selalu terjadi di masa ini. Nilai nilai keagamaan perlu mendapat perhatian, karena agama juga mengatur tingkah laku baik buruk. Sehingga dapat dikatakan bahwa suatu lingkungan yang lebih bersifat mengajak, mengundang, atau member kesempatan akan lebih efektif daripada lingkungan yang ditandai dengan adanya larangan- larangan yang bersifat serba membatasi. (perkembangan nilai, moral dan sikap)

E.     Kreativitas dan Inovasi

Mengenai teori Humanistik yang bertujuan untuk memanusiakan manusia, dan di bawah ini adalah ayat Al-qur’an yang menjelaskan bahwa manusia itu adalah makhluk sosial, QS. Al-Hujurat ayat 13 :

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌالحجرات
Artinya : Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.



Latihan pembuatan RPP

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)

Mata Pelajaran     : Fisika
Kelas/Semester     : VIII (Delapan) / I
Program               : IPA
Alokasi Waktu     : 2 x 1 JP

Kompetensi Inti

KI 1     : Menghayati dan mengamalkan  ajaran agama yang dianutnya.

KI 2 :Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, ramah lingkungan,  gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan pro-aktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

KI 3 : Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,  kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

KI 4  : Mengolah,  menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak  terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.


Kompetensi Dasar
1.1  Mendeskripsikan konsep getaran dan gelombang

A. Tujuan Pembelajaran
         Siswa dapat:
1.      Mengkategorikan antara simpangan dan amplitudo sehingga belajar melalui proses pembentukan pengetahuan. (C5)

Siswa dapat membandingkan atau mengkategorikan antara simpangan dan amplitudo, serta mengasah kecerdasan visual spasial siswa pada Multipel Intelegensi dapat menggunakan bantuan gambar,warna,dan grafik.

2.      Memberi contoh getaran dalam kehidupan sehari-hari. (C2)

Pada Tujuan ini, berkaitan dengan Multipel Intelegensi. Dimana dengan siswa memberikan contoh getaran dalam kehidupan sehari – hari, siswa dapat mengasah kecerdasan Naturalis dan langsung menggunakan materi alam.

3.      Menghubungkan antara periode, frekuensi, cepat rambat gelombang, dan panjang gelombang.(P1)

Tujuan ini, berhubungan dengan Perkembangan Psikomotorik, karena dengan siswa diminta untuk menghubungkan antara periode,frekuensi, cepat rambat gelombang dan panjang gelombang melalui grafik dapat melatih keterampilan motorik halus siswa.

4.      Mendemonstrasikan getaran dan gelombang di depan kelas. (A3)

Tujuan ini berhubungan dengan perkembangan kreativitas siswa, setelah siswa mendapat perbekalan ilmu di kelas, siswa dapat membuat sebuah benda yang berhubungan dengan getaran dan gelombang.

5.      Merumuskan persamaan gelombang (A4)

Tujuan ini berhubungan dengan Perkembangan Kognitif siswa, berdasarkan tahap perkembangan kognitif menurut piaget, pada tahap ini remaja dapat memikirkan dan membayangkan konsep-konsep yang tidak berhubungan dengan realitas konkret. Sehingga siswa dapat merumuskan persamaan dari gelombang.

Metode pembelajaran
1.      Berdiskusi
2.      Presentasi
3.      Praktik / bereksperimen

Evaluasi
Berdasarkan Teori dan analisis teori dapat disimpulkan bahwa teori humanisme mempunyai kelemahan dan kelebihan. Kelemahannya yakni peserta didik kesulitan dalam mengenal diri dan potensi-potensi yang ada pada diri mereka. Sementara itu kelebihannya ialah siswa dituntut untuk berusaha agar lambat laun mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Selain itu Teori humanistik mempunyai pengaruh yang signifikan pada ilmu psikologi dan budaya populer. Sekarang ini banyak psikolog yang menerima gagasan ini ketika teori tersebut membahas tentang kepribadian, pengalaman subjektif manusia mempunyai bobot yang lebih tinggi daripada relitas.


DAFTAR PUSTAKA

Dakir, Prof.Drs. Dasar-dasar Psikologi. Jakarta: Pustaka Pelajar, 1993.
Uno, Hamzah. Orientasi baru Dalam Psikologi Perkembangan.  Jakarta: Bumi aksara, 2006.
Hadis, Abdul. Psikologi Dalam Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2006 .
Jarolimek, John.Teaching and learning in the elementary school. New York : Macmillan, 1976
Djiwandono.psikologi pendidikan.Jakarta: P2LPTK,2002
http://www.bppk.depkeu.go.id/webpkn/attachments/766_1-Taksonomi%20Bloom%20-%20Retno-ok-mima.pdf





[1] Hamzah B. Uno, Orientasi baru Dalam Psikologi Perkembangan ( Jakarta: Bumi aksara, 2006),  13.
                                                                                                    
[2]  John Jarolimak & Clifford D Foster, 1976, hal.330.

[3] Prof.Drs.Dakir, Dasar-dasar Psikologi.( Jakarta: Pustaka Pelajar, 1993), 64.

Sabtu, 03 Mei 2014

latihan membuat RPP

                                  Rencana Pelaksanaan Pembelajaran


Satuan pendidikan
SDIT Al-marjan
Mata pelajaran
IPA
Kelas / semester
III / 2
Peminatan
Rayya Rihaudatul aisyi
Materi Pokok
Kenampakan Lingkungan Alami dan Buatan
Pertemuan ke
1 dan 2
Alokasi Waktu
2 jam



















Tujuan Pembelajaran yang sesuai dengan teori konstruktivisme : 


I.                   Kognitif 
1.       Siswa mampu mengkategorikan kenampakan lingkungan alami dan buatan dengan mengaitkan pengetahuan yang telah dimiliki siswa sedemikian rupa sehingga belajar melalui proses pembentukan pengetahuan. (C5)
Alasan : Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia hal.534, Agar siswa dapat mengkelompokan lingkungan alami dan buatan,sehingga siswa dapat lebih mudah memahami materi lingkungan alami dan buatan.
2.       Siswa mampu memberikan contoh tentang cara manusia memelihara dan melestarikan alam, tidak semua mengerjakan tugas yang sama, misalnya suatu masalah dapat diselesaikan dengan berbagai cara. (C2)
Alasan : Berdasarkan kamus Besar Bahasa Indonesia hal.140 , Agar Siswa dapat menyampaikan cara memelihara dan melestarikan alam dan agar siswa dapat berkerjasama satu sama lain dengan baik.
3.      Siswa dapat membandingkan antara lingkungan alami dan buatan dengan  Mengintegrasikan pembelajaran sehingga memungkinkan terjadinya transmisi social.  (C4)
Alasan : Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia hal.100, Agar siswa dapat membedakan antara lingkungan alami dan buatan dan terjadinya interaksi dan kerja sama seseorang dengan orang lain atau dengan lingkungannya, misalnya interaksi dan kerja sama antara siswa, guru, dan siswa-siswa.


II.                Psikomotorik

1.      Siswa mampu mempraktekan cara menjaga dan memelihara lingkungan. (P3)
Alasan : Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia Hal. 449, Agar siswa dapat melindungi lingkungan di sekitarnya dengan cara menanam pohon dan siswa telah mempelajari sebelumnya bagaimana cara menanam pohon dan menjaga lingkungan.

2.      Siswa mampu menyisihkan dari cara memelihara lingkungan sekitar. (P1)
Alasan : Berdaasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia Hal. 1076, Agar Siswa dapat Memisahkan antara sampah organik dan anorganik dan siswa sebelumnya mengetahui macam macam sampah organik dan anorganik.

3.      Siswa mampu Mendesain gambar tentang Lingkungan alami dan buatan. (P7)
Alasan : Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia Hal. 257, Agar Siswa dapat merancang bentuk dari materi Lingkungan alami dan buatan dan agar siswa dapat memanfaatkan berbagai media termasuk komunikasi lisan dan tertulis sehingga pembelajaran lebih efektif.

III.             Afektif

1.      Siswa mampu ikut serta dalam memelihara lingkungan alami dan buatan secara berkelompok. (A3)
Alasan : Berdasarkan buku Perkembangan Peserta Didik, siswa dapat memelihara lingkungan alami dan buatan secara berkelompok,dan dapat berinteraksi dan kerja sama antara siswa, guru, dan siswa-siswa.

2.      Siswa mampu menunjukan perbedaan antara lingkugan alami dan buatan. (A3)
Alasan : Berdasarkan buku Perkembangan Peserta Didik, siswa dapat mengetahui perbedaan antara lingkungan alami dan buatan setelah peserta didik tersebut mempelajarinya.